SYAIR ITU KU LAGUKAN

Selembut seputih salju
Sehalus wangi sutera ungu
Ku abadikan resah hatiku
Dimaya sepi ini
Agar duka ku berlalu

Wahai angin lalu
Bawalah pesanku bersama bayu mu
Katakan padanya
Aku punya hati
Aku juga punya rasa
Aku masih terluka
Masih terasa mungkin sampai bila bila
Sekali aku melangkah
Hasrat ku tidakkan berubah
Walau pun hampir rebah
Sekali ku berpaling
Tandanya hati ku masih runsing
Hidup terasa asing
Ya...Tuhan
Kurniakanlah pada ku kekuatan Mariam
Agar dapat ku bertahan

Wahai angin malam
Ku ingin bicara dengan mu
Agar hilang rasa resah ku
Dalam diam aku berkata
Walau bicara tiada suara
Kiranya ku berbicara
Tak bermakna aku terleka
Andainya aku suka
Tidak bermakna aku tertawan
Kiranya aku berdiam diri
Tidak bermakna aku membenci
Tika pohon bergoyangan
Kenapa pula tepukan sebelah tangan kedengaran
Adakah ini tanda sandiwara alam
Tampaknya...
Bukti memang nyata...dihadapan mata
Ya...Tuhan...
Pinjamkanlah pada ku kesabaran Siti Khadijah
Agar mampu ku tanggung beban

Dalam senyum ada tangisan
Dalam suka terpendam berduka
Dari jauh mata memandang
Dengan hati penuh sesalan
Salam ku kirim tiada sambutan
Wahai bayu sampaikan pesan
Pada seluruh pelusuk alam
Berikanlah aku jawapan
Walau dengan sekilas pandang
Moga resah hati ku teruskan hilang
Tiada lagi dendam tersimpan

as the years goes by

at this moment
is the time for me to go
leaving this beautiful place
beautiful people
sweet and charming

as the years goes by
the wind blows
taking away my feels
dragging all my sorrow
sweeping clear my sadness
giving me back my pride
as those people took away my heart
splashes my tears
drop me down till the bottom
and I couldn't breath
I cried...for long
looking for tomorrow
with you...people

as the years goes by
I felt calmness
I feel strong...I can smile...
and yet...
at this moment
I have to leave...
for good
being me as before
with joy

nafas ku lemah
tiada upaya

badan ku kaku
tiada berdaya

kelam sudah
pandangan mata

ingin mendengar
tiada suara

ingin ku sisip
tiada rasa

ingin ku harap
pada siapa...

walau bukan karangan terbilangan
tidak seindah warkah pujangga impian
namun tetap ku cuba
mencari sebuah keindahan yang terpinggir
dalam senyum aku berduka
dalam menangis aku tertawa
mata merenung hati berkata
sesungguhnya kata kata itu amat berbisa
amat tajam dari mata pedang
yang menghunus terus kebenak hati
mengalirkan darah yang mengalir deras tanpa henti
laungan jerih itu tanpa dapat ditahan
menerima kalimah yang tiada disangka
sedang tiada gelora dalam jiwa
tiada dendam yang nyata
apalah daya...
sudah begini suratan nasibnya

dalam diam aku terpandang

dalam jaga aku terleka
setiap langkah walau tersusun
sumbang yang dalam tidakkan nyata
tiada kata tiadalah suara
gemersik alunan bisikan jiwa
tari berpencak mengikut irama
ku alun lagu seindah rupa

manis kata tiada taranya
sopan tingkah sumbangnya bahasa
lembut wajah tidak hatinya
renungan mata telus sentiasa berbisa
tinta pena mengalun irama
bergetar ria dialam maya
namun...
tiada makna jika tiada berjiwa
menikam hati membawa binasa

syair itu ku lagukan
ku tulis dengan airmata
serta darah yang mengalir
dari tubuh yang terluka
oleh angkara manusia
yang sering terleka
membunuh sekian rasa

syair itu ku lagukan
kisah semalam yang ku coretkan
dari rasa hati
yang amat mendalam
terkilan bagai tiada akhirnya
tanpa dapat ditelan
walau dihimpun saat yang berlalu
walau beribu hari yang kian melampaui waktu
tiadalah mampu
ku melupakan sandawara itu

syair itu ku lagukan
ku coretkan lagi kisah semalam
yang menghiris hati yang ku pendam
walau beribu tahun lamanya
dendam ku takkan padam
mungkin jua akan ku simpan
bagai kenangan pahit bersama teman
ditaman maya yang diciptakan